Minggu, 14 November 2010

Indonesia Tanah Air Beta…Pusaka abadi nan jaya….
Indonesia…sejak dulu kala, slalu dipuja-puja bangsa…”
Sebait nan indah itu terrasa begitu sejuk mengalun di telinga.mengingatkan kita semua akan berlimpahnya kekayaan dan potensi yang dimiliki oleh bangsa ini. Sumber daya dan energi alam yang tak perlu ditanyakan lagi jumlahnya, pesona dan kemolekan mahakarya alam yang senantiasa mencuri hati siapa saja, hingga berragamnya budaya yang turut mengiringi geliat berkembangnya bangsa ini. Tak kan ada yang menyangkal bahwa Indonesia adalah bengsa yang kaya dan siapapun orangnya, sebagai warga Negara, tentulah bangga menyandang status ini di dadanya. Namun, cukupkah semuanya hanya kita bayar dengan rasa bangga? Bahkan kesadaran dan kebanggaan itu pun baru muncul tatkala apa yang kita miliki sudah mulai ‘diusik’ dan ‘diakui’ oleh bangsa lain. Haruskah kita belajar kehilangan terlebih dahulu, untuk bisa menghargai sesuatu yang kita miliki.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 17.508 pulau. Dari Sabang sampai Merauke, berbagai suku, bahasa, budaya, dan agama mewarnai kekayaan bangsa ini. Struktur geologis tersebut, sudah merupakan hal awal yang mendasari betapa Indonesia berlimpah dengan ragam budaya yang berbeda. Lantas, apa sebenarnya budaya itu? Apakah selalu identik dengan kesenian? Music tradisional, tari-tarian, atau hal-hal unik dari tiap daerah? Menyimpulkan pendapat dari beberapa ahli, budaya adalah suatu system, gagasan, ide yang lahir dari akal budi manusia dan keberadaanya yang abstrak akan selalu membentuk sebuah peradaban. Budaya itu sifatnya diwariskan dari generasi ke generasi. Dan wujudnya bisa berupa bahasa, religi, seni, peralatan, pola perilaku, yang kesemuanya bertujuan sebagai pedoman dan untuk mempermudah seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.
Cukuplah kita geram, demi satu per satu kekayaan kita yang dibajak oleh induk yang tak seharusnya. Cukuplah batik dan reog, sedikit dari budaya yang menjadi bukti, betapa kita masih lengah dan kurang bisa menghargai apa yang kita miliki. Tentu saja, tak cukup rasa bangga sebagai wujud apresiasi kita akan kekayaan bangsa ini. Sumbangsih dan aksi nyata untuk selalu menjaga dan melestarikannya jauh lebih dibutuhkan. Karena di tangan kita, generasi mudalah, siklus turun temurun warisan budaya itu dititipkan.
Ya, pemuda, hingga Bung Karno pun mengungkapkan sebuah pernyataan yang berkaitan dengannya, “Berikan aku 20 orang tua, niscaya akan kugemparkan seluruh Negara. Berikan aku 10 pemuda saja, maka akan kugemparkan seluruh dunia.” Dari sini dapat kita lihat, betapa pemuda memiliki potensi dan kekuatan yang begitu luar biasa. Terutama jika mereka bersatu, memiliki satu tujuan yang sama, yakni melestarikan kebudayaan nusantara. Pemuda juga adalah perantara yang mampu menghubungkan antara generasi tua dan muda. Yang dapat memberikan pamahaman yang mudah dimengerti oleh generasi selanjutnya.
Kecintaan akan budaya harus bisa ditanamkan sejak dini. Mulai dari lingkup paling kecil, dari keluarga. Orang tua bisa mengawali edukasi melalui pemilihan acara yang ditonton di televisi. Selain itu, juga bisa menyisipkan bahasa ibu(bahasa daerah) dalam komunikasi sehari-hari. Lingkup kedua, tak jauh dari anak, yaitu sekolah. Tak diragukan lagi bahwa kebanyakan lembaga pendidikan di Indonesia memiliki unit kegiatan ekstra diluar fungsi utamanya dalam bidang akademis. Mulai dari yang sifatnya begitu tradisional seperti gamelan hingga yang bernafas ‘kebarat-baratan’ dengan penuh semangat modernisasi seperti music rock and roll dan breakdance. Dan kondisi yang lebih terlihat saat ini adalah lebih besarnya minat kita untuk mengenal dan mendalami pilihan terakhir. Mendalami budaya luar yang memang terlihat lebih canggih dan modern.
Seharusnya ini menjadi PR bagi lembaga pendidikan dan budaya kita. Bagaimana bisa mengemas pengenalan dan pelatihan tentang kebudayaan dengan apik dan lebih menarik. Sekalipun sebenarnya juga telah banyak bermunculan organisasi-organisasi pemuda yang membawa misi melestarikan budaya bangsa. UKM (Unit Kegiata Mahasiswa) yang ada di kampus-kampus adalah contohnya. Mereka adalah sedikit dari pemuda yang meu peduli dan terus menggaungkan kecintaan akan budaya melalui kegiatan seperti pameran dan pentas seni. Geliat yang seperti inilah yang seharusnya bisa terus kita jaga agar bisa tumbuh subur. Yakni dengan mempertahankan dan tak bosan berinovasi metode pengenalan budaya pada masyarakat.
Sungguh tak ada yang salah, dari masuknya budaya barat ke negeri ini. Toh merekapun juga memiliki beberapa nilai yang lebih patut kita teladani. System dan manajemen yang baik, komunikasi dan teknologi canggih, serta mentalitas insane yang tangguh, ulet, dan pekerja keras. Sisi-sisi itulah yang seyogyanya diambil dan diterapkan dalam budaya kita. Namun tetap, yang terpenting dari semuanya adalah, kita sebagai bangsa yang berbudaya tak boleh meninggalkan dan melupakan budaya kita begitu saja. Jati diri yang harus tetap kita junjung dan jaga kelestariannya. Indonesia adalah negeri yang beradat ketimuran. Yang begitu menjunjung tinggi norma dan adat kesopanan. Jelas bukan hal yang patut, saat gaya hidup bebas muda-mudi di negeri barat, terlihat semakin tumbuh subur dan ditiru oleh generasi muda negeri ini.
Budaya dapat menunjukkan identitas suatu bangsa. Melalui budaya, setiap individu dapat menempatkan dan mengembangkan dirinya dalam masyarakat. Sudah sepatutnyalah identitas tersebut benar-benar kita jaga kelestariannya. Terlebih, jika keberadaannya mampu kita maksimalkan ibarat simbiosis mutualisme. Ya, hubungan yang saling menguntungkan antara sumber daya manusia dan potensi (kekayaan) yang dimilikinya.
Tanpa kita sadari, keberagaman yang kita miliki ini, dapat semakin meningkatkan martabat bangsa di mata dunia. Baik dalam lingkup politik,social, dan ekonomi. Memaksimalkan potensi wisata alm misalnya. Merupakan salah satu upaya yang sudah dilakukan, demi menjaga simbiosis mutualisme tadi. Pesona alam yang mampu menarik wisatawan dan tentunya meningkatkan devisa, yang akhirnya akan berdampak pula pada SDM pengelola yang mau tak mau harus selalu menjaga kualitas dan pesona alamnya.
Peran aktif pemuda untuk terus mempelajari dan memperkenalkan budaya dengan berbagai kegiatan, juga seharusnya mampu memantik nyala simbiosis mutualisme tersebut. Contohnya dengan kegiatan pameran dan festival kesenian daerah , yang bisa diselipkan dalam kegiatan wisata. Pemuda semakin kaya akan ilmu kebudayaan dan dikenal dengan identitas yang bermartabat, budaya pun dapat terus dilestarikan sekaligus dikenalkan kepada dunia.
Jika bukan ditangan pemuda-pemudinya, lalu kepada siapa lagi budaya bangsa ini dititipkan?
Spare Aude !”

Sumber: Kakak sepupuku
Sugesti Nuraini Putranti
Dari Koran Inspirasi

0 komentar:

Posting Komentar

 

Pandu Putri Pamungkas Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template