Mimpi Negeri Tua
Ketika aku mulai bosan
Dengan rangkaian-rangkaian bait yang mulai using
Bercerita tentang negeri yang mulai tua
Peluh-peluh menetes tak pernah dianggap
Membanjiri tubuh kering di sudut kota pengap
Mangaisi sisa-sisa kemewahan
Dari mereka yang tak pernah mengenal kemiskinan
Negeriku adil makmur sentosa
Tanahnya subur, gemah ripah loh jinawi
Pemerintahannya, toto tentrem kerto raharjo
Pendidikannya, ing ngarso sung tuladha ing madya mengun karso, tut wuri handayani
Lagunya, “Hiduplah tanahku… Hiduplah negeriku bangsaku rakyatku semuanya,
bagunlah jiwanya bangunlah badanya untuk Indonesia raya”
Negeriku yang dulu kuat
Kini rapuh penuh karat
Dulu negeriku oaling beradab
Namun kini terkenal sengat biadab
Bisakah aku membantahnya?
Kukatakan dengan lantang pada mentari
Bahwa negeriku masih punya satu mimpi
Tentang negeri tanpa korupsi
Tanpa kolusi, tanpa diskriminsi, dan segala birokasi
Walau mewujudkannya, itu sulit
Bukan besok yang jadi nyata
Ku awali berubah dari diri sendiri
Mencoba mulai menggapai mimpi
Berjalan dengan hati nuraniagar tercapai mimpi negeri tua ini
Mosy Denok Oktaviyanti
8F / 20
Rabu, 13 April 2011
Bung Karno
Jiwa dan ragamu mengabdi demi bangsa
Semangat 45 selalu di jiwamu
Ikhlas dan iklhas demi rakyat
Kau kobarkan api kemerdekaan
Tapi kini semua seakan hilang
Negeriku ini kehilangan pemimpin sepertimu
Negeri ini seakan lupa semangatmu
Hanya kau Bung Karno semangat kami
Hanya kau pemimpin sejati
Meski ragamu telah tiada
Namun jiwamu kan slalu ku kenang sampai akhir hayat
Martha Eka Wijaya
8F / 17
Jiwa dan ragamu mengabdi demi bangsa
Semangat 45 selalu di jiwamu
Ikhlas dan iklhas demi rakyat
Kau kobarkan api kemerdekaan
Tapi kini semua seakan hilang
Negeriku ini kehilangan pemimpin sepertimu
Negeri ini seakan lupa semangatmu
Hanya kau Bung Karno semangat kami
Hanya kau pemimpin sejati
Meski ragamu telah tiada
Namun jiwamu kan slalu ku kenang sampai akhir hayat
Martha Eka Wijaya
8F / 17
Indonesia
17 Agustus 1945
Engkau telah merdeka
Kini berkibarlah sang saka
Berkat perjuangan orang berjiwa baja
Wahai Indonesia
Engkaulah zamrud khatulistiwa
Lautmu nan indah
Member kehidupan bagi kami
Wahai Indonesia
Engkaulah surga dunia
Aku akan melindungimu
Sampai hayat menjemputku
Moh. Nashichun Amin
8F / 19
17 Agustus 1945
Engkau telah merdeka
Kini berkibarlah sang saka
Berkat perjuangan orang berjiwa baja
Wahai Indonesia
Engkaulah zamrud khatulistiwa
Lautmu nan indah
Member kehidupan bagi kami
Wahai Indonesia
Engkaulah surga dunia
Aku akan melindungimu
Sampai hayat menjemputku
Moh. Nashichun Amin
8F / 19
Ibu Pertiwi
Ibu…
Kapan Negara kita akan maju
Kita lupakan semangat 45
Apimu makin kelabu
Apa yang terjadi padamu Ibu Pertiwi
Akankah kau bias melihat penderitaan negeri ini
Kau lupakan semangat merekayang telah berjuang sampai mati
Maju Ibu Pertiwi
Semangatmu belum padam
Raih mimpi-mimpi bersama mentari
Yang bersinar tanpa henti
Maju Ibu Pertiwi
Bagimu kami berikan api
Yang berkobar sampai akhir hayat ini
Dadang Novianto
8F / 06
Ibu…
Kapan Negara kita akan maju
Kita lupakan semangat 45
Apimu makin kelabu
Apa yang terjadi padamu Ibu Pertiwi
Akankah kau bias melihat penderitaan negeri ini
Kau lupakan semangat merekayang telah berjuang sampai mati
Maju Ibu Pertiwi
Semangatmu belum padam
Raih mimpi-mimpi bersama mentari
Yang bersinar tanpa henti
Maju Ibu Pertiwi
Bagimu kami berikan api
Yang berkobar sampai akhir hayat ini
Dadang Novianto
8F / 06
Guru
Engkau bagaikan cahaya
Yang menerangi jiwa
Dari segala gelap dunia
Engkau adalah setetes embun
Yang menyejukkan hati
Hati yang dilanda kebodohan
Guru engkau adalah pehlawanku
Yang tidak mengharapkan balasan
Segala yang engkau lakukan
Engkau lakukan dengan ikhlas
Guru jasamu takkan kulupa
Terima kasih guru
Atas semua jasamu
Dimas Wardiansyah
8F /30
Engkau bagaikan cahaya
Yang menerangi jiwa
Dari segala gelap dunia
Engkau adalah setetes embun
Yang menyejukkan hati
Hati yang dilanda kebodohan
Guru engkau adalah pehlawanku
Yang tidak mengharapkan balasan
Segala yang engkau lakukan
Engkau lakukan dengan ikhlas
Guru jasamu takkan kulupa
Terima kasih guru
Atas semua jasamu
Dimas Wardiansyah
8F /30
Petani
Petani setiap hari bekerja
Berangkat pagi hari
Pulang sore hari
Menenan padi demi menghidupi keluargamu
Itulah yang dapat petani kerjakan
Agar kesejahteraan meningkat
Bekerja dan bekerja
Berteman dengan angin, bersahabat dengan panas
Keringatmu bagaikan mengalir
Membasahi tubuhmu
Kau persembahkan demi keluargamu
Keluargamu yang menunggu di rumah
Terima kasih petani
Jasamu kukenang selalu…
Tak kan pernah kulupakan
Karena petani kita bias makan
Bekerjalah terus…
Demi kesejahteraan bangsa dan Negara
Awang Bagus Dewangga
8F / 05
Petani setiap hari bekerja
Berangkat pagi hari
Pulang sore hari
Menenan padi demi menghidupi keluargamu
Itulah yang dapat petani kerjakan
Agar kesejahteraan meningkat
Bekerja dan bekerja
Berteman dengan angin, bersahabat dengan panas
Keringatmu bagaikan mengalir
Membasahi tubuhmu
Kau persembahkan demi keluargamu
Keluargamu yang menunggu di rumah
Terima kasih petani
Jasamu kukenang selalu…
Tak kan pernah kulupakan
Karena petani kita bias makan
Bekerjalah terus…
Demi kesejahteraan bangsa dan Negara
Awang Bagus Dewangga
8F / 05
Cita-citaku
Aku ingin jadi anak pintar dan berkarya
Dan aku ingin jadi anak soleh dan beriman
Demi mengharumkan nama orang tua
Dan beriman pada Tuhan Yang Maha Esa
Dan harumkan nama Bangsa Indonesia
Serta cita-cita Bangsa Indonesia
Aku akan mengejar mimpi
Meski sampai ke Negeri China
Hanya untuk menggapai cita-cita
Cita-cita yang mulia dan
Cita-cita yang berguna bagi nusa dan bangsa
Ahm. Indra Oktori
8F / 02
Aku ingin jadi anak pintar dan berkarya
Dan aku ingin jadi anak soleh dan beriman
Demi mengharumkan nama orang tua
Dan beriman pada Tuhan Yang Maha Esa
Dan harumkan nama Bangsa Indonesia
Serta cita-cita Bangsa Indonesia
Aku akan mengejar mimpi
Meski sampai ke Negeri China
Hanya untuk menggapai cita-cita
Cita-cita yang mulia dan
Cita-cita yang berguna bagi nusa dan bangsa
Ahm. Indra Oktori
8F / 02
Tumpahan Air Mata
Hamparan tanah yang dulu indah
Telah berubah menjadi danau air mata
Berbagai darah menghujani ibu pertiwi
Memandang mentari telah kusut rupa
Orang-orang merintih kehausan… kelaparan…
Mengharapkan seteguk air dan sesuap nasi
Bangsa menderita!
Bangsa diperbudak selama berabad-abad
Rintihan-rintah sudah tak diperdulikan
Tangisan-tangisan pilu mengadili bumi nusantara
Zaman telah berganti zaman
Dan kini negeriku telah merdeka
Danau air mata yang dulu menggenangi ibu pertiwi
Sekarang berubah menjadi pameran tawa
Itulah perjuangan para pendekar negeri
Yang berhasil menumpas kekejaman penjajah
Dan bambu runcing menjadi saksi nyata
Sungguh kau negeriku tercinta
Ajeng Risna Liatika
8F / 03
Hamparan tanah yang dulu indah
Telah berubah menjadi danau air mata
Berbagai darah menghujani ibu pertiwi
Memandang mentari telah kusut rupa
Orang-orang merintih kehausan… kelaparan…
Mengharapkan seteguk air dan sesuap nasi
Bangsa menderita!
Bangsa diperbudak selama berabad-abad
Rintihan-rintah sudah tak diperdulikan
Tangisan-tangisan pilu mengadili bumi nusantara
Zaman telah berganti zaman
Dan kini negeriku telah merdeka
Danau air mata yang dulu menggenangi ibu pertiwi
Sekarang berubah menjadi pameran tawa
Itulah perjuangan para pendekar negeri
Yang berhasil menumpas kekejaman penjajah
Dan bambu runcing menjadi saksi nyata
Sungguh kau negeriku tercinta
Ajeng Risna Liatika
8F / 03
Langganan:
Postingan (Atom)