Senin, 12 November 2012

Puzzle Of My Heart - VI

Mendekati part-part akhir =D


Nicky’s POV
Kamu gak tau kan Put, gimana rasanya di posisiku. Senior itu berhasil ngerebut hatimu. Aku yakin, perlahan kamu juga bakal ngerasain yang sama. Aku berusaha nutupin, aku berusaha nahan supaya aku gak keliatan sedih di dekatmu. Aku dingin, cuek itu sifatku. Dengan itu aku bisa membendung hatiku. Aku, aku juga tetep pada konsistensi awalku, aku bakalan jadi secret admirermu, aku gak akan ngerubah sikapku. Meskipun senior itu bisa menggapaimu, nggak akan jadi masalah buat aku. I believe in miracle. Jadi sahabatmu, selalu disampingmu, masih bisa melihat senyummu aja udah jadi kebahagiaan buatku. Sekali lagi, aku tahu siapa kamu.
***
Sejak itu, aku semakin dekat sama Mark. Semakin dekat juga dengan Nicky. Nicky, dia sahabatku paling baik. Dia, dia masih memiliki hatiku. Namun, kini mulai terbagi, sayang Nick, kamu terlalu dingin. Kamu tak mengerti diriku, kamu tak mengerti isi hatiku. Andai kamu tahu Nick. Tapi kayaknya itu gak mungkin, Nicky, sahabatku itu, cowok dingin yang mungkin tak pernah merasakan rasa ini. Ah kau itu Nick, kenapa kau lahir dengan sifat dingin sih? Ah!
Mark, kau begitu baik, begitu bisa melihat apa kemauanku, begitu bisa mengerti aku. Kau, yang secara tak sengaja mengalirkan kehangatan itu. Kau, senior pertama yang secara perlahan mencuri hatiku. Entah kau dan Nicky, sama-sama menempatkan dirimu di hatiku. Kelembutan sifatmu, wajah tampanmu, tutur katamu mampu mengalihkan duniaku. Ah, aku jadi bingung dengan diriku. Mark dan Nicky.
“Nickong, lu gak mau beliin gue bunga?” tanya gue sore itu
“Bunga? Buat apa? Hih kayak anak kecil aja deh lu”
“Ah lu tuh, gak ada apa niatan buat bikin aku seneng dikit aja.” Kata gue lagsung cemberut
“Ah bawel lu, ayok ikut gue ke Gramed”
“Mo ngapain?”
“Udah deh, ayok iku aja.”
Akhirnya, gue jalan ke gramed sama si Nicky. Sepulang dari gramed. Ternyata Nicky membelokkan motornya ke Splindid –pasar burung– entah apa yang akan orang aneh ini perbuat.
“Mo ngapain lagi?”
“Ayo ikut aja.”
“Mau beli kodok a?”
“Kagak, gue mau cari cacing. Wlek”
“Dasar lu.” Kataku dengan jitakan di kepalanya
“Awww, sakit tau. Dasar cacing gelo.” Katanya lalu menggandeng tangan gue
Sumpah, ini tangan gue digandeng sama Nicky? Oh God. So nerveous.
“Bang, mau kura-kura yang ini satu.” Kata Nicky di depan stand kura-kura
“Mau kuranya aja apa sama rumanya den?” tanya abang penjualnya
“Mau sama rumahnya bang. Sama makanyannya juga ya.”
Selesai membayar, Nicky kembali menggandeng tangan gue. Kelihatan sedang mencari-cari sesuatu.
“Caria pa sih lu?” tanya gue
“Sesuatu”
“Apa?”
“Pokoknya”
Hoams, emang susah ngomong sama orang aneh kayak Nicky gini.
“Bang, mau mawarnya 1 tangkai.”
“Nih buat lu.” Katanya menyerahkan setangkai bunga mawar ke gue.
“Beneran?”
“Bawel, udah ambil aja”
“Makasih Kodok”
“Yup”
Sepanjang perjalanan pulang. Senyumku tak pernah padam. Si cowok dingin, Nicky, ngasih gue mawar. Gue rasa itu sesuatu yang –mungin– jarang sekali sekali dilakukannya.
“Nih, kura-kuranya buat lu. Dijaga baik-baik. Jagan sampe mati.”
“Kok elu tau apa yang gue pengenin?”
“Apa sih yang nggak gue tau dari lu. Haha. Udah yah, gue balik ke kost.”
“Makasih Kodok”
“Atas?”
“Mawar sama kura-kuranya.”
“Iya, makasih juga kamu udah jadi sahabat terbaikku.”
“Iya.”
Kemudian dia tancap gas
***
Pagi itu, aku kembali menemukan surat misterius di kolong mejaku.
“Dare you: little girl with brown eye! Meet me in middle of basketball laps at 16.45 this evening. Big hope you will come. See you J” pasti dari Mark lagi. Ah dia itu memang mengejutkan.
16.35 PM – 10 menit dari perjanjian
Aku datang memenuhi permintaannya. Gedung sekolah sudah mulai sepi, mungkin masih ada beberapa siswa yang sedang ekskul, itu pun di lapangan upacara –lapangan luar– di dalam, tak kulihat lagi siswa berkeliaran, kecuali 1 orang itu. Asyik memantulkan benda bulat berwarna orange, masih mengenakan olahraga warna orange pula. Dia kelihatan asyik bermain, sampai-sampai tak menyadari kedatanganku. Aku berdiri di dekat pilar ruang guru, kuperhatikan sekali lagi dirinya.  Hey ada yang baru dari tampilannya, kacamatanya dilepas, dan rambutnya berbeda, dia, lebih tampan dari biasanya.
Beberapa saat terdiam karenanya, dia tersadar akan kehadiaranku. Dengan bola basket ditangan, dia menghampiriku.
“Emmm, 4 menit sebelum perjanjian. Tepat waktu ya kamu. Hihi” katanya setelah melihat jam tangannya
“Em, iya. Biar kamunya gak nunggu Mark.” kataku
“Mau tanding basket sama aku?”
“Jadi aku kesini cuma buat tanding basket? Sayangnya aku gak bisa maen basket.”
“Eh enggak kok, tunggu sini bentar. Aku bakal balik lagi.” Katanya lalu berlalu meninggalkanku

0 komentar:

Posting Komentar

 

Pandu Putri Pamungkas Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template