Makin gak nyambung deh kayaknya yang ini. Hihi
Sore itu, sepulang sekolah, gue naik ke lantai dua,
yang sebelumnya gue minta Nicky buat balik duluan. Disana seperti biasa, sepi.
Karena angkatan 19 yang menempati lantai 2 lagi
Prakerin selama 3 bulan. Dari jauh, kulihat tas coklat tua dengan
pemiliknya yang mengenakan kemeja batik coklat terlihat memunggungiku. Derap kakiku
menggema merayapi sudut-sudut lantai 2, tepat di depan ruang kepala sekolah
–yang masih terbuka– dia membalikkan badannya. Dan ternyata, kacamata itu lagi,
Mark. Why always he? Why not Nicky? Dia tersenyum.
“Kamu datang juga.” Katanya
“Em, eh e , ih iya bang”
“Nggak usah panggil bang, Mark aja.”
“Iya deh, Mark. Ada apa”
“Nggak, Cuma pengen ngobrol aja sama kamu.”
“Eh, kirain ada apa. Hehe”
“Oh iya, besok ada acara?”
“Emm, belum ada kayaknya.”
“Ke BNS yuk. Aku yang traktir”
Mendengar kata BNS, seketika urat nadi touringku
membuncah, rinduku akan kota Batu juga semakin mendukungnya. Tapi masa iya,
pergi sama Mark? Berdua?
“Eh, sama siapa aja Mark?”
“Berdua, gapapa?”
“Liat besok aja deh.”
“Plis deh jangan PHP.”
“Iya iya bisa Mark.”
“Makasih”
Gantian sore itu Mark yang mengantarku pulang.
***
Kya! Beneran Mark nagajakin gue jalan? Iya tah ini
bener? God, it unbelievable! Tapi iya, Mark ngajak aku. Its feel like Flying
Without Wings.
Jum’at, pulang sekolah lebih cepat. Mark telah
menunggu di depan kelas. Dan ternyata, dia memang serius dengan perkataannya
yang kemaren.
“Nggak usah ganti deh, langsung aja.”
“Hah? Langsung?”
“Iya, nanti kemaleman malah pulangnya kalo ganti
dulu.”
“Yaudah kalo gitu anterin ke kost ngambil jaket sama
pamit ke ibuk kost dulu.”
“Siap”
Jam setengah 4, dengan membawa motornya Mark, kami
berangkat.
“Makannya di sana aja yah”
“Iya Mark”
Sore hingga malam menjelang itu, aku menghabiskan
waktu bersama Mark dengan menjejaki wahana-wahana yang ada di BNS. Dan
pulangnya, aku yang selalu kalap jika melihat bunga tak bisa meghilangkan rasa
mupengku, dan sepertinya Mark melihat itu.
“Nih buat kamu.” Katanya menyodorkan 4 tngkai bunga
lili kepadaku.
“4?”
“Iya, hari ini tanggal 4 kan? Kamu juga suka angka 4
kan?” dia tersenyum
“Hihi iya sih. Aku suka angka 4.” Kataku sambil
tersenyum
“Yuk pulang.”
Sepanjang perjalanan pulang, aku tak bisa
menyembunyikan senyumanku
Mark’s POV
Thanks for this day hubby. Its unbelievable you can
follow with me. And thanks for your smile. Cant wait for it again hubby.
Puput’s POV
Mark, makasih buat sore ini. Makasih buat 4 bunga lili
putihnya. Makasih buat senyumnya. Makasih buat jalan gratisnya. Makasih buat
semua yang kamu lakukan sore tadi. Mark, sepertinya aku mulai menyimpan rasa
itu, Mark sepertinya kamu mulai merayapi hatiku. Mark, kamu itu……..
***
“Nih buat lu” kataku menyodorkan kaos ke Nicky
“Dari BNS? Kapan?”
“Kemaren.”
“Sama siapa”
“Mark.”
“Senior itu lagi? Ah shit”
“Iya, kenapa emang?”
“Nggak papa, eh iya gimkan kemaren di BNSnya? Seru
gak?” tanyanya
“Seru banget Nick, naik tornado mininya BNS, sumpah
buat gue jerit-jerit. Andai lu iku, pasti tambah seru deh.”
“Siapa suruh lu gak ajak gue.”
“Gue aja diajak. Wlek”
“Kya, lu jahat ah sekarang sama gue. Pokoknya
besok-besok kalo lu jalan-jalan lagi gue diajak. Gak mau tau.” Katanya
“Iya iya, tapi lu yang bayarin gue yah.”
“Nah lo, pasti. Hidup lu tuh enak banget yah, tinggal
minta gratisan aja.”
“Eh iya dong, gue gitu. Wlek.”
Nicky’s POV
Kamu gak tau kan Put, gimana rasanya di posisiku.
Senior itu berhasil ngerebut hatimu. Aku yakin, perlahan kamu juga bakal
ngerasain yang sama. Aku berusaha nutupin, aku berusaha nahan supaya aku gak
keliatan sedih di dekatmu. Aku dingin, cuek itu sifatku. Dengan itu aku bisa
membendung hatiku. Aku, aku juga tetep pada konsistensi awalku, aku bakalan
jadi secret admirermu, aku gak akan ngerubah sikapku. Meskipun senior itu bisa
menggapaimu, nggak akan jadi masalah buat aku. I believe in miracle. Jadi
sahabatmu, selalu disampingmu, masih bisa melihat senyummu aja udah jadi
kebahagiaan buatku. Sekali lagi, aku tahu siapa kamu.
***
Hey, tinggalkan jejakmu! =D
0 komentar:
Posting Komentar